Pagi itu, dua puluh empat tahun silam, seperti biasanya udara pagi sudah menembus rumah kami, menyapa pelan setiap penghuninya untuk segera bangun pagi dan beraktifitas. Kabut tipis menutupi kota Magelang yang saat itu masih sepi. Sedikit demi sedikit ibu-ibu penjual sayur san makanan kecil berjalan menuju pasar untuk menjajakan dagangannya.
Seperti biasanya pula, bapak pagi itu mengajakku berjalan-jalan pagi. Langkah-langkah kecilku pun terburu-buru mengikuti langkah bapak. Meskipun aku tahu bahwa sebenarnya selama apapun akau melangkah, bapak pasti akan menungguku.
Jalan pagi itu berujung ke taman kota. Karena hari masih cukup muda, taman itu belum terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang tua yang bersedia menyisihkan sebagian paginya hanya untuk mendengarkan celoteh anak mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan buah hati mereka. Meskipun kami sebagai anak-anak nantinya akan sadar bahwa pertanyaan dan ocehan kami bisa saja menjengkelkan.
Matahari muali mewarnai pagi, saat tangan bapak menggandeng tanganku dan mengajakku ke tempat lain. Kemana? Nonton orang utan. Seperti sebelumnya, aku puns setengah berlari mengiringi langkah bapak. Sesekali bapak berhenti dan memungut beberapa buah mengkudu. Kata beliau ini untuk orang utan itu.
Seakan scene sebuah film yang selalu terputar kembali di otakku saat teringat pada bapak, pagi saat aku dengan ocehanku melompat-lompat bahagia diantara guguran daun-daun pepohonan yang tertiup semilir angin pagi sembari diperhatikan bapak dengan senyum mengembang di wajahnya.
Banyak mungkin yang bapak sampaikan padaku di setiap pagi dalam masa kecilku.
Detilnya aku sungguh tidak ingat lagi. Tapi semoga diriku yang sekarang adalah apa yang dia harapkan dariku sejak aku kecil. Yang selalu ia pinta dalam setiap doanya.
Kini, tangan bapak tak lagi menggenggam tanganku kemanapun aku pergi. Aku yakin ini karena bapak percaya bahwa aku mampu terbang sendiri untuk merangkai mozaik hidupku. Aku yakin, kasih sayang bapak tak terputus meski jarak menggantikan genggaman tangan kami.Aku selalu percaya bahwa di dalam hatiku tangan bapak yang penuh kasih itu akan selalu ada buatku saat aku butuh pegangan. Dan aku akan selalu ingat saat-saat indah yang aku lalui bersama bapak di waktu kecil. Saat yang selalu membuatku yakin dan tegar menghadapi hidup…I love you Dad!
PS : Posting ini sebelum Babe passed away, saat saya masih 24 tahun :(