Halaman

Thursday, April 28, 2011

Finding Me

Sudah lama sekali aku tidak lagi melihat-lihat benda-benda atau pun suasana yang membuat aku bersemangat dan terinspirasi. Rasanya isi kepala ini berdentum-dentum ingin mengekspresikan semua ide-ide tentang hidup, tentang belajar, tentang memberi dan menerima. Biasanya semua ini bisa dilakukan di saat dini hari, di sela-sela pertemuan dengan Yang Tercinta, di selingi semilir dingin udara pagi.

Did I lost lately? No I Don't. Hidup sungguh sangat indah saat ini, hanya saja ada hal-hal inspirasional yang sudah lupa kulakukan. Hanya hal-hal kecil tapi sungguh bisa membuatku menemukan diriku, membuatku sadar sepenuhnya atas semua konsekuensi dari apapun yang sedang aku lakukan.

Ahhh, this shud be a perfect time to find me again. Yes, absolutely. Mulai dari mengidentifikasi apa yang membuat saya mendapatkan momen "living my life at the fullest"... ya kurleb seperti dibawah ini : (kaya bikin kue aja -kurleb...)


So What Next? Lah ya mulai lah daruuu... jangan nanti-nanti. Ingat Jangan nanti-nanti.
Dimulai dengan janjian dengan si pacar dan baby ziki nyusun planning keluarga di Sabang 16 :D (miliiiihhh ya)



Wednesday, April 20, 2011

Empis-empis Modifikasi

SAYUR EMPIS-EMPIS
Menurut mbak Yuni (NCC) aslinya


"Masakan ini dari daerah Temanggung, mereka tidak menggunakan tempe biasa tapi tempe bungkil (dari kacang tanah) dan hanya cabe hijau saja. Di daerah mereka, kalau yang ngga suka pedes bisa nangis-nangis karena kadang 1 kilo cabe hijau, tempe bungkilnya hanya sepapan doank." Yuni-NCC (yunideta@yyyyyy.com)

Source: aslinya tdk tau dr mana, yg ngajarin ibu soalnya
Bahan

1 papan Tempe (biasanya bisa dimodifikasi dg nambahin tahu matang atau tahu putih atau kol hijau)
1 sdm minyak u/ menumis
garam,
kaldu bubuk(optional)
1 L Santan Cair (Saya pakai 250 ml santan instan terus dicairin smp secukupnya)
Air

Bumbu *):
6 Siung Bawang merah --> iris
2 siung bawang putih --> iris
5 cabe merah kriting --> iris
2 cabe hijau (boleh di skip) --> iris
1 ruas lengkuas/laos --> geprek
2 lb daun salam

*) persis plek sama bumbu oseng2 --> bisa dimodif sesuai selera

Cara Memasak :
1. Tumis bumbu sampai berbau harum, kemudian tambahkan 250ml air. tambahkan garam dan kaldu bubuk, cicipi rasa.
2. Masukkan tempe, masak hingga bumbu meresap ke tempe
3. Tambahkan santan yg sudah dicairkan. Aduk hingga santan matang.

Voila... jadilah empis2. paling enak dimakan plus dadar telur isi kol dan daun bawang.

NB : Foto Menyusul sodara2

Wednesday, April 13, 2011

Berharap Bisa Jadi Anak Shaleh(ah)

2 July 2010
“Be, gimana kabare?” “Sehat mawon to?” sudah hampir sebulan, kalimat itu tidak lagi aku ucapkan di telepon. Biasanya sore-sore begini, bapak baru pulang dari sawah dengan senyum lebar diiringi tawa yg lepas. Tapi sudah beberapa sore derai tawa bapak hanya terdengar di hati kami, bahkan sawah pun merindukan keceriaan bapak saat merawatnya.
Airmata ini cuma berarti kangen, karena itu saja yang terasa saat ini. Karena insyaAllah kami yakin bapak dipanggil dengan indah oleh Allah SWT. Kenangan-kenangan bersama bapak, sederhana namun sangatlah terasa dihati. Meski itu hanya ritual bersepeda sore ke taman DPRD Brebes, jalan pagi-pagi di taman Mbadakan, makan-makan di mbah Dumuk, atau suasana makan sepiring bersama(berebutan) nasi padang Bungo Palo. Hehehe… seru ya Pak.
Teringat hadis Rasulullah bahwa 3 amalan tak terputus setelah seorang manusia dipanggil Allah salah satunya adalah doa anak yg shaleh. Tak taulah Pak, tergolong saleh atau tidak anakmu ini. Cuma bisa berharap meratap-ratap pada Allah untuk bisa digolongkan menjadi bagiannya. Agar doaku untukmu bisa amalan yg tak putus untuk bapak. Semoga kami tergolong anak-anak yg shaleh (yg shalehah juga) agar doa-doa ini dicatat sebagai amalanmu. Love you Be.
P.S. : Salam kangen dari si kecil buat Yangkung. How I really want you to hold my baby in your warm arm…:((
– Mengenang Bapak, 1 Juni 2010

Jalan-jalan Bersama Bapak

21 Juni 2010

I really miss the feeling of joy as when i read book in peace. As I usually do when I was a kid.
Masih terasa euforia kebahagiaan, saat bapak menstater motor pinjaman itu. Ya, aku tahu betul kemana kami akan pergi. Bapak akan mengajakku ke Gunung Agung-the largest bookstore I’ve ever seen at that time.
Memang sudah jadi tradisi kami berdua, kalau ke jogja, koleksi bukuku harus nambah. Untung, bapak sangat mengerti putrinya ini…:D
Kami pun berputar mengelilingi kota jogja menuju Gunung Agung. Bagi tubuh kecilku, perjalanan menuju Gunung Agung sangat jauh. Sampai-sampai aku terkantuk-kantuk dibelakang bapak.
Tetapi, hari itu berbeda. Tiba-tiba bapak bertanya padaku. Mau bapak ajak ke toko buku yang lebih besar? Hah? Ada toko buku yang lebih besar dari Gunung Agung? Aku tak percaya.
Bapak pun membawaku ke Jalan Jend. Sudirman, sebenarnya tak cukup jauh dari Gunung Agung yang waktu itu ada di perempatan Tugu.
Sungguh, saat pertama kali menginjakan kaki di Gramedia Sudirman Jogja, i feel what people call ultimate happiness (yaa jaman segitu laah…). And I very happy that day.
Sejak saat itulah, setiap liburan ke jogja, Gramedia adalah destinasi favouritku setelah rumah Mbah Mantri :D .
Perjalanan di atas motor itu, adalah kenangan yang amat indah dengan bapak. :) love u dad!

Otousan’s Hand

Pagi itu, dua puluh empat tahun silam, seperti biasanya udara pagi sudah menembus rumah kami, menyapa pelan setiap penghuninya untuk segera bangun pagi dan beraktifitas. Kabut tipis menutupi kota Magelang yang saat itu masih sepi. Sedikit demi sedikit ibu-ibu penjual sayur san makanan kecil berjalan menuju pasar untuk menjajakan dagangannya.
Seperti biasanya pula, bapak pagi itu mengajakku berjalan-jalan pagi. Langkah-langkah kecilku pun terburu-buru mengikuti langkah bapak. Meskipun aku tahu bahwa sebenarnya selama apapun akau melangkah, bapak pasti akan menungguku.
Jalan pagi itu berujung ke taman kota. Karena hari masih cukup muda, taman itu belum terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang tua yang bersedia menyisihkan sebagian paginya hanya untuk mendengarkan celoteh anak mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan buah hati mereka. Meskipun kami sebagai anak-anak nantinya akan sadar bahwa pertanyaan dan ocehan kami bisa saja menjengkelkan.
Matahari muali mewarnai pagi, saat tangan bapak menggandeng tanganku dan mengajakku ke tempat lain. Kemana? Nonton orang utan. Seperti sebelumnya, aku puns setengah berlari mengiringi langkah bapak. Sesekali bapak berhenti dan memungut beberapa buah mengkudu. Kata beliau ini untuk orang utan itu.
Seakan scene sebuah film yang selalu terputar kembali di otakku saat teringat pada bapak, pagi saat aku dengan ocehanku melompat-lompat bahagia diantara guguran daun-daun pepohonan yang tertiup semilir angin pagi sembari diperhatikan bapak dengan senyum mengembang di wajahnya.
Banyak mungkin yang bapak sampaikan padaku di setiap pagi dalam masa kecilku.
Detilnya aku sungguh tidak ingat lagi. Tapi semoga diriku yang sekarang adalah apa yang dia harapkan dariku sejak aku kecil. Yang selalu ia pinta dalam setiap doanya.
Kini, tangan bapak tak lagi menggenggam tanganku kemanapun aku pergi. Aku yakin ini karena bapak percaya bahwa aku mampu terbang sendiri untuk merangkai mozaik hidupku. Aku yakin, kasih sayang bapak tak terputus meski jarak menggantikan genggaman tangan kami.Aku selalu percaya bahwa di dalam hatiku tangan bapak yang penuh kasih itu akan selalu ada buatku saat aku butuh pegangan. Dan aku akan selalu ingat saat-saat indah yang aku lalui bersama bapak di waktu kecil. Saat yang selalu membuatku yakin dan tegar menghadapi hidup…I love you Dad!
PS : Posting ini sebelum Babe passed away, saat saya masih 24 tahun :(

THE READING MOTHER

Strickland Gillilan
I HAD A MOTHER who read to me
Sagas of pirates who scoured the sea,
Cutlasses clenched in their yellow teeth,
“Blackbirds” stowed in the hold beneath
I had a Mother who read me lays
Of ancient and gallant and golden days;
Stories of Marmion and Ivanhoe,
Which every boy has a right to know.
I had a Mother who read me tales
Of Celert the hound of the hills of Wales,
True to his trust till his tragic death,
Faithfulness blent with his final breath.
I had a Mother who read me the things
That wholesome life to the boy heart brings-
Stories that stir with an upward touch,
Oh, that each mother of boys were such.
You may have tangible wealth untold;
Caskets of jewels and coffers of gold.
Richer than I you can never be –
I had a Mother who read to me.

PS: Ayoo Ziki, Baca si Burik lagi :D

Bismillah, Pindahan...

Sugeng sonten sedoyo mawon,

Sambil nunggu Pak Bos mau tampil show di rakor hari ini... maka dari itulah (lah... lah... lah.. -echo) saya pindahan dari daru21.wordpress.com ke sinih.

Emm.. bisa jadi belum tentu pindahan dalam arti sebenernya. Karena saya mau review dl pro-kons nya di 2 blog provider ini..

Yuk mari :D